Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

26 November

Dua penopangku lemas Tak berdaya Tetapi hatiku lebih nahas Menahan hujan Sekali lagi terjadi Cahaya butiran air menemani hari Memang musimnya Apa jiwa harus mengikuti musim? Untuk apa Ujungnya debu, memikirkan masalah yang bukan urusanmu Hingga akhirnya Tak ada penyesalan Awalnya ingin berakhir Kini menjadi sukacita terukir Masih panjang Belum berakhir Tak ada ujungnya Kau terus berputar Menari dengan jiwa Manaruh kisah yang akan menjadi sejarah Hidupmu setidaknya pernah dipertaruhkan Bermanfaat seperti alunan musiknya Pernah mencoba hampir sampai batas Hingga kenangan itu tersimpan Di lubuk hati yang terdalam

Tenang

Butiran mengkilau di sekitarku Gelombang nada lama menyentuh Orang asing diam tanpa kata Ditambah kamu yang buatku bimbang Katamu jangan Timbul dari khawatirmu mungkin? Lampu hijau mengedip  Menemani tenang Tenang karena cahaya air Tenang karena insan berani Tenang karena kamu Walau tak tenang karena pelindung Gugup sampai disana nanti Tapi untuk kini  Biar aku tenggelam dalam tenang Iya, tenang karena hembusan ucapmu

Bunga Bulan

Hei, bisakah kau mendengarku? Aku akan menemanimu tuk kapanpun Merangkulmu apapun cuacanya Memudarkan hitammu menyebarkan benihku Tak bisakah kau melihatku? Kau yang menanam benihku dulu Menyiram dan merawatnya dengan sabar Kini giliranku bersabar menggandengmu ke cahaya Tak dapatkah kau merasakannya? Dari akarku mendoakanmu ke arah yang lebih baik Menjual rasa dendam dan memberimu rasa kupu-kupu Rasa yang membuatmu tak hanya melihat hitam Tolong hilangkan dendam, iri, dengki, dan seluruh hitammu Aku kan membantumu walau tak seperti malaikat Karena dulu kau yang mengajariku putih Tolong, bantu aku hilangkan rasa kasihanku Kumohon, bantu aku hilangkan hitam dalam putihmu.

Awan kecil

Jingganya langit menghembuskan rasa ingin Keingintahuan bulan yang akan mengintar Bertanya-tanya kapankah ia akan bersinar? Angin yang tak henti berbisik Memenuhi pikiran di akhir hari memercik Kemudian awan kecil menari Menarik perhatian bunga cantik Mengapa kau sangat kecil? Ungkap kelopak Engkau jauh cantik, hingga aku terlihat kecil Mengapa kau bisa menjawab kecil? Engkau punya telinga di hati cantik Mengapa kau terus menjauh? Engkau melihatku begitu, nyatanya tidak Kau tak punya kaki, aku punya sayap Kau tersentuh harum, aku hampa tak berbau Kau menyerap tangisanku, aku membuatmu bahagia Aku dan kamu cocok satu sama lain Namun tak dapat menyatu karena deruan angin Kita selalu berhadapan tapi tak dapat kau mendekat Hingga perasaan ini terus mencekat.

Rintiknya Malam

Tak sadar di tengah rintiknya malam ia memperhatikan Ia mendongak kagum dan bahagia Sentuhan suara rintik sungguh menyilaukan hatinya Membersihkan penat di jiwa Tak lagi keluh ada menari dalam hati Saat ku nelewatinya, ku tak sendiri Matahari yang melegakan semua langkahku Memboncengku hingga kini Rintik pun tak dapat membuyarkan kami Bagi kami usia bukanlah hambatan Kami muda dan kau janganlah mengira Ia terkagum memandangnya Senyum tipis terlihat bercampur bersama pikirannya Pikirannya seperti pergi ke 50 tahun ke depan Bertanya-tanya apakah seseorang itu akan datang? Menghilangkan goresan di setiap jiwanya Membanjiri senyum di setiap sudut pikirnya Walau ribtik terkadang menemani Rintik hari itu berbeda, dingin tak menusuk, harum tak berbau. Karena aku bersama dengannya Tak tahu dengan ia, Semoga saja matahari segera menghampirinya