Moonbloom

Haruskah kita berperan? Jika iya, peran apa yang cocok untuk kita? Apakah Romeo dan Juliet? Atau bulan dan bintang? Bagaimana dengan hujan dan pelangi? Kita tak harus memilih peran. Tapi aku ingin punya peran.  Agar kita bisa dikenang. Aku bisa mengenangmu. Betul juga, kamu satu sudah cukup. Tapi kalau kamu harus memilih, kamu mau peran apa? Matahari dan bunga. Mengapa? Karena aku selalu tumbuh mengarah padamu. Tumbuh karena kehadiranmu, Mekar juga menghadapmu. Dan di antara mereka yang datang lalu pergi,  Kau akan selalu di sana. Datang dan kembali, menggantikan sepi dan dinginnya gulita malam.

Melangkah menuju pelabuhan Kepalkan tangan Semoga Mengarah ke depan Melawan arus Belaian angin Daun terbang berjatuhan Menyambut kedatangan kami Bibit keajaiban tiba Sumber perubahan  ataupun jawaban Sambil berjatuhan mereka bernyanyi Selamat datang Akar kami senang Ingin bunga bermekaran Ingat saat ini Yang melintas di pikiran Jangan taruh di punggung Tak kuat kau nantinya Beramai-ramai hingga akhirnya terdengar Nyanyian mereka yang terbang berjatuhan Abadi saat ini,  Hingga terpaku jiwa di sana.

Penghujung cerita yang kukira akan menjawab rasa penasaranku,  berujung menjadi awal mula sebuah pencarian baru.  Manusia-manusia berhati putih menghampiri. Mengisi kosongnya ruangan yang selama ini kutempati. Kecil dan ceroboh, namun mampu mengangkat batu yang selama ini telah menutupi terowongan di depanku.  Kuat dan kasar, namun selalu datang menerangi terowongan yang sedang kulewati. Beragam karakter menciptakan diri, didampingi hujan dan terik matahari. Alasan dibalik pengorbanannya, sumber penguburan garis bibir keluarganya, dan jejak awal penelusuranku. Api yang justru memadamkan kisahnya, menarikku menuju dunia hitam menakuti.  Tak disangka sudah sampai di akhir cerita. Badai, banjir, dan gempa telah lengkap mendampingi. Pertanyaannya masih menjadi teka-teki.  Oh ternyata awal mula. Terowongan mati belum selesai ku telusuri.  Esai ini akan segera kulengkapi.